Kisah Nyata : Seorang Pemuda yang Diperebutkan Para Bidadari

Kisah Nyata : Seorang Pemuda yang Diperebutkan Para Bidadari

Akhwat Shalihah - Julaibib lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid...ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Julaibib terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Julaibib. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya....Julaibib pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.

***

Senja datang

Angin mendesau, sepi...

Pasir-pasir beterbangan...

Berputar-putar...

Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Julaibib yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah Julaibib di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.

Tanpa dimandikan...

Tanpa dikafankan...

Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Julaibib.

Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.

Para sahabat terdiam membisu.

Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau. Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.

Akhirnya keadaan kembali seperti semula.

Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.

"Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Julaibib engkau menangis?"

Jawab Rasul, "Aku menangis karena mengingat Julaibib. Oo..Julaibib, pagi tadi engaku datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu oleh para pengantin."

"Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?" Tanya sahabat lagi.

"Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Julaibib," Jawab Rasulullah.

"Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?" Tanya mereka lagi.

"Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Julaibib, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Julaibib. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya...."

***

Di rumah, istri Julaibib menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.

Malam menjelang...

Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata.

Lamat-lamat ia seperti melihat Julaibib datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.

Terdengar Julaibib berkata, "Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini apabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu.... "

Dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.

Istri Julaibib, terdiam.

Matanya basah...

Ada sesuatu yang menggenang disana..

Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan.




Bagikan artikel ini ke: Facebook Twitter Google+
Oleh Muhammad Taufiqillah | Senin, Oktober 19, 2015 | 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar