Kurang
lebih empat belas abad yang silam, dunia seluruhya menanti sebuah
peristiwa besar yang sudah hamper trjadi. Mereka menunggu kelahiran
seorang anak yang mulia, yang sebentar lagi akan lahir dan diutus
kedunuia.
Semua orang memastikan, bahwa bayi tersebut akan terlahir tinggal beberapa hari lagi. Setelah itu, suaranya akan memecahkan keheningan yang ada. Wajahnya akan manyinari kegelapan yang menyelimuti alam tanda-tanda kelahirannya telah nyata. Kegembiraan telah menyelimuti yang ada.
Para pendeta setiap malam menunggu tibanya kelahiran tersebut. Mereka setiap malam melihat kebintang-bintang dilangit. Mereka juga bertanya kepada para kafilah Arab yang dating ke Syam mengenai bayi-bayi yang baru lahir didaerahnya. Penantian tidak berlangsung lama. Detik-detik pemisah dalam sejarah manusia telah tiba. Bayi yang dinanti telah lahir. Namun siapakah dia? Dimana dia dilahirkan?
*****
Dijazirah Arab, Makkah merupakan Ummul Qura (ibu kota). Ia menjadi tempat yang dituju oleh orang-orang Arab untuk mengunjungi Baitullah, yaitu Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Disamping itu orang-orang Qurays juga mendiami tempat itu.
Ia merupakan salah satu kabilah yang paling besar di Arab. Kabilah inilah yang bertugas memelihara Ka’bah, memberikan minum dan pertolongan kepada orang-orang yang berhaji. Dengan demikian, mereka berhak mendapatkan penghargaan dari semua orang Arab. Di seputar Ka’bah terdapat patung- patung dan berhala kaum Arab. Patung dan berhala itu dipahat dari batu dan kayu, kemudian mereka menyembahnya selain Allah. Al-Lata, Al-Uzza, Manat, Hubal, Isaaf, Na’ilah dan sejumlah patung lainnya mereka tempatkan di sekitar Makkah. Mereka sujud kepadanya dan berkeliling diseputarnya. Mereka kafir kepada Allah dan syirik kepada-Nya.
Disemenanjung Arab terjadi peperangan antar kabilah yang disebabkan permasalahan sepele. Perang besar bias terjadi hanya karena ada kuda yang kalah pacuan, atau karena seorang menginginkan tanah atau air orang lain. Tidak ada peperangan yang cepat selesai. Bahkan ada yang berlangsung bertahun-tahun, seperti perang Basus, Dahis, dan Ghabra’.
Orang-orang yang datang ke Makkah sering mendengar suara bayi-bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup oleh ayahnya, karena khawatir mendapat celaan. Dikeheningan malam, orang-orang Arab mengambil khamar dan meminumnya. Ini diantara kebiasaan buruk mereka.
Walaupun memiliki berbagai perangai tercela seperti ini, namun orang-orang Arab juga mempunyai sifat-sifat yang mulia, seperti dermawan dan pemurah. Mereka mengetahui bagaimana cara menunaikan hak dan kewajiban terhadap para tamu. Apabila berjanji, mereka selalu menepatinya, walaupun harus mengorbankan harta dan nyawanya
Mata pencaharian mereka didapati lewat berdagang dan menggembala. Sebagian mereka menggembalakan kambingnya dibukit-bukit yang ada disekitar Makkah. Mereka minum susu kambingnya serta membuat selimut dan pakaian dari bulunya. Orang-orang kaya diantara mereka keluar berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. Inilah yang diceritakan oleh Allah dalam Al- Qur’an, sebagaimana Firman-Nya:
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
Artinya: “karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”.
*****
Dikalangan Bani Hasyim yang merupakan salah satu Kabilah paling besar di suku Quraisy, terdapat Abdul Muththalib yang menjadi pemimpin suku, dia hidup bersama sepuluh anaknya. Abdul Muththalib kembali pada mimpinya, dimana ada seorang yang menyuruhnya menggali kembali sumur Zam-zam setelah lama tertimbun tanah.
Setelah selesai menggalinya, orang-orang Quraisy ingin merebut sumur tersebut darinya karena merasa sama-sama memiliki. Beliau bernazar seandainya Allah mengaruniakan sepuluh orang anak, niscaya dia akan menyembelih pintu Ka’bah salah satu darinya.
Berikut ini kesepuluh putra Abdul Muththalib yaitu Al-Harits, Az-Zubair, Hajal, Dhirar, Al-Muqawwim, Abu Lahab, Al-Abbas, Hamzah, Abu Thalib dan Abdullah. Sekarang dia harus menunaikan nazarnya dengan menyembelih salah satu dari mereka. Dia merasa berat karena akan berpisah dengan salah satu putranya. Namun sebuah janji harus ditepati dan direalisasikan. Abdul Muththalib tidak berfikir panjang, is menulis nama semua anaknya disetiap busur panah untuk mengundi salah seorang diantara mereka. Setelah itu dia pergi membawanya ke Hubal.
Hubal adalah salah satu patung yang dijadikan hakim untuk memutuskan perkara. Undian jatuh pada putra bungsunya Abdullah, padahal ia putra yang paling dicintainya. Apa yang harus dia lakukan? Apakah ia akan menaati perintah tuhannya atau menyelisi janjinya?
Abdul Muththalib sempat bingung, namun segera memutuskan untuk menyembelih anak tercintanya. Dia mulai mengasah pisaunya dan hamper menyembelih putranya, namun orang-orang Quraisy mendatanginya dan melarangnya unruk menyembelih putra bungsunya Abdullah. Mereka khawatir hal ini akan dijadikan teradisi oleh orang Arab setelahnya, dengan menyembelih putra-putranya. Mereka menganjurkan kepada Abdul Muththalib pergi ke salah seorang dukun daerah Hijaz, untuk membicarakan masalah ini. Setelah sampai disana, dia disuruh mengulangi undian sekali lagi.
Namun kali ini, yang ditulis di busur panah adalah sepuluh ekor unta dan dibusur yang lain nama putranya Abdullah. Hal ini diulang-ulang sampai yang keluar dalam undian nantinya adalah unta. Dengan demikian Abdul Muththalaib dapat menyelamatkan putranya melalui taktik yang cerdas ini. Dia terus melakukan undian antara putranya Abdullah dengan Unta, sehingga berakhir dengan pilihan menyembelih seratus ekor unta dan Abdullah bisa selamat dari penyembelihan. Pertolongan Allah telah menyelamatkan Abdullah dari penyembelihan dan dipersiapkan untuk mengemban misi yang lebih sulit dan lebih berat.
*****
Takdir yang menggembirakan telah mempersiapkan tugas penting bagi Abdullah bin Abdul Muththalib. Seandainya Ia mengetahuinya, niscaya akan mati kegirangan. Berita mengenai keselamatan Abdullah dari penyembelihan telah tersiar di Makkah dan seluruh kampung yang berada disekitarnya.
Kisah ini mengembalikan kenangan dalam ingatan mengenai penyembelihan buyut bangsa Arab yaitu Ismail, yang telah diganti oleh Allah dengan sembelihan yang besar, sehingga beliau selamat dari penyembelihan. Cerita Abdullah menjadi buah bibir semua orang diseetiap rumah. Dalam suasana gembira ini, Abdullah dipanggil oleh seorang wanita dan diajak untuk menikah, dengan syarat dia memberinya seratus onta yang menjadi tebusan orang tuanya dari penyembelihannya. Namun Abdullah tidak memperdulikannya.
Abdul muththalib mengajak putranya Abdullah menemui kerabatnya di Yatsrib untuk menikahkannya dengan seorang wanita dari Bani Zuhrah. Mereka adalah orang-orang yang dikenal dengan kemuliaan dan kewibawaan. Abdul Muththalib belum pernah menemui wanita Quraisy yang lebih baik dari Aminah Binti Wahb Bin Abdul Manaf.
Resmilah Aminah menjadi istri Abdullah dan orang-orang Quraisy dapat menyaksikan pasangan pengantin yang telah lama mereka nantikan. Kegembiraan atas selamatnya Abdullah dari penyembelihan bercampur dengan kebahagiaan pernikahannyadengan Aminah. Oh! Alangkah bahagianya tiada terkira.
Ketika kedua mempelai telah kembali ke Makkah, Abdullah pergi menjumpai wanita yang pernah mengajaknya untuk menikah. Wanita itu berkata kepadanya, “ Anda pasti telah menikah? Abdullah menjawab, “ Ya bagaimana anda mengetahuinya? Ia berkata: sebelumnya di wajahmu ada cahaya namun sekarang ia telah hilang darimu. Aku mengetahi pasti anda telah menikah.” Abdullah tidak memahami ucapannya. Dia kembali ke Aminah untuk mendapatkan berita gembira bahwa ia telah memasuki bulan awal dari kehamilannya. Ia telah merasakan apa yang telah dirasakan oleh para wanita hamil lainnya.
Abdullah merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dia telah selamat dari penyembelihan kemudian dia menikah. Kemudian sekarang dia mendapatkan kabar gembira mengenai kelahiran putranya yang akan segera tiba. Dia yakin bahwa dia telah dapat merealisasikan segala yang diinginkan. Takdir tidak menyia-nyiakannya. Dia telah membayar harga semua peristiwa yang membahagiakan ini.
Disaat kembali dari perdagangannya, dia terjatuh dan meninggal dalam usia yang masih muda. Pandangan kegembiraannya belum sempat melihat putra pertamanya. Semua penduduk Makkah berduka dengan kematian Abdullah.
Air mata Aminah jatuh bercucuran. Dia belum begitu lama merasakan hidup bahagia bersama suaminya. Keringat yang menempel di gaun penganti belum kering. Namun kematian Abdullah benar-benar merubah kebahagiaan menjadi kesedihan. Mempelai wanita begitu cepat menjadi seorang janda. Ia telah ditinggalkan oleh suami tercinta. Namun dia meninggalkan kenangan indah yang tidak akan pernah dilupakannya. Kenangan itu adalah berupa janin yang terus bergerak didalam kandungannya. Sedikit tidak ini mengurangi perihnya perpisahan dan menjadikan beliau segera meninggalakan kesedihan.
*****
Suatu hari, kota Makkah menjadi gempar. Orang-orang keluar untuk melihat peristiwa apa yang terjadi. Ternyata Abrahah Al-Habasyi seorang panglima Habasyah ingin menghancurkan Ka’bah. Dia telah membangun sebuah rumah untuk menarik 0rang-orang berhaji kepadanya sebagai pengganti Ka’bah. Ia memberinya nama Al-Qulays. Namun orang-orang Arab mengencinginya sebagai pengganti dari tawaf disekelilingnya. Abrahah bersumpah akan menghancurkan Baitullah Ka’bah tempat berhajinya semua orang Arab.
Abrahah datang dengan membawa tentara yang tangguh. Mereka membawa seekor gajah yang sangat besar untuk menghancurkan Ka’bah. Ditengah perjalanan ada kambing Abdul Muththalib yang sedang digembalakan. Tentara abrahah mengambilnya dan Abdul Muththalib keluar menemui Abrahah untuk meminta kembali kambingnya.
Abrahah berkata, “ Aku menyangka kamu datang kepadaku untuk meminta agar tidak menghancurkan Ka’bah. Namun ternyata kamu datang sekedar meminta kambingmu.” Abdul Muththalib menjawab, “Aku adalah pemilik onta, itulah sebabnya aku datang untuk menjaganya. Sementara rumah itu (Ka’bah) ada pemiliknya yang akan menjaganya.”
Orang-orang Quraisy keluar untuk melihat apa yang akan diperbuat oleh Abrahah. Mereka tidak mampu untuk melawannya. Gajah besar itu berhenti dan tidak mau bergerak. Abrahah menyuruh pasukannya untuk memukulnya, namun ia tetap tidak mau bergerak. Semakin kuat mereka memukulnya, maka semakin kuat ia diam dan berdiri.
Tiba-tiba, tanpa dikomandoi burung-burung kecil memenuhi langit. Di mulutnya membawa batu-batu kecil. Setiap kali dilemp arkan ketentara Abrahah, maka langsung mereka terbunuh. Dalam beberapa detik, para tentara tersebut menjadi bangkai-bangkai yang di makan burung, Allah swt berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Artinya: “ Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka ( untuk menghancurkan Ka’bah ) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS: Al-Fiil:1-5)
Abdul Muththalib sangat gembira, demikian juga orang-orang Quraisy. Pemilik Ka’bah telah memelihara Ka’bah-Nya. Dia telah menyelamatkannya dari kejahatan Abrahah dan bala tentaranya. Tahun ini kemudian dinamakan ‘amul fiil ( Tahun Gajah ). Abdul muththalib segera kembali kerumahnya, untuk mengetahui keadaan Aminah yang semakin dekat waktu persalinannya.
Bintang-bintang memenuhi langit yang cerah. Pada mala mini semua penduduk bumu memandang ke langit dan mendapatkannya telah berhias. Ia seolah-olah seorang mempelai perempuan yang sedang menunggu pasangannya. Sang bulan telah mengenakan gaunnya yang paling indah. Dengan cahayanya yang terang ia menyinari langit.
Angina sepoi-sepoi basah bertiup kesegala penjuru menyebarkan aromanya yang harum, seakan-akan berasal dari surge. Setiap orang mendapatkan dirinya sangat bahagia dimalam tersebut. Tidak tau, entah mengapa?
Di negeri Persia terdapat orang-orang yang menyembah api, mendapatkan apinya tiba-tiba padam. Jendela-jendela istana raja Kaisar Anusyirwan tiba-tiba terjatuh. Orang-orang yang ada didalamnya semua berhamburan keluar istana. Patung Saawah yang sangat mereka agungkan menjadi hancur. Kaisar melihat istana didepannya begoncang dan akhirnya terbelah. Dia dan orang-orang yang bersamanya merasa ketakutan dan berlari menjauh.
Para pendeta keluar dan memastikan tibanya kelahiran seorang utusan yang baru. Dia adalah Muhammad atau Ahmad, nabi akhir zaman yang diberitakan oleh Nabi Allah Musa as dalam Taurat. Demikian juga yang diceritakan kepada mereka oleh Al-Masih Isa as. Mereka benar-benar telah mendapatkan sifat-sifat beliau dalam kitab Taurat dan Injil. Mereka juga mengetahui tanda-tanda kelahirannya, sehingga semuanya berteriak “ Hari ini dilahirkannya Ahmad, hari ini dilahirkannya Muhammad”.
Di Ummul Qura (Makkah), Abdul Muththalib menceritakan kepada orang-orang bahwa dia bermimpi melihat cahaya yang keluar dari pundaknya dan menyinari dunia. Dia juga pernah diceritakan oleh Aminah bahwa dia juga bermimpi melihat cahaya yang keluar darinya dan bisa menyinari istana Syam.
Aminah memandang ke sekelilingnya dan melihat seakan-akan disampingnya ada bintang yang jatuh dari langit. Saat itu semuanya diliputi oleh cahaya namun tidak sembarang cahaya. Ia adalah cahaya yang tidak mengganggu mata, bahkan menyenangkan dan membahagiakan. Semua mata berharap cahaya tersebut tetap ada.
Abdul Muththalib sedang duduk disisi Ka’bah. Ketika diberitahu kelahiran cucunya yang menjadi pengganti anaknya, dia segera berdiri dan berkata “ Muhammad, aku akan memberinya nama Muhammad, agar penduduk langit dan dunia memujinya.
Kebahagiaan telah menyelimuti rumah Abdul Muththalib setelah sebelumnya diselimuti kesedihan dengan perginya putra tercintanya Abdullah. Kesedihan telah berlalu dan berganti dengan kebahagiaan. Berbagai makanan dihidangkan karena kebahagiaan yang sangat besar. Muhammad bin Abdullah adalah Ibnu Adz-dzabihain ( putra dua orang yang disembelih ), yaitu Isma’il yang menjadi buyutnya dan Abdullah yang menjadi ayahnya. Dunia semuanya bersiap-siap untuk menerima kedatangan cahaya sang putra dua orang yang disembelih.
****
Pelajaran yang diambil:
1. Menepati janji adalah salah satu sifat yang terpuji.
2. Ka’bah adalah Baitullah yang diharamkan.
3. Allah menjaga rumah-Nya dari segala keburukan.
4. Nasab Rasulullah adalan nasab yang sangat mulia.
5. Muhammad adalah Ibnu Adz-dzabihain ( putra dua orang yang disembelih), yaitu Isma’il yang menjadi buyutnya dan Abdullah yang menjadi ayahnya.
Semua orang memastikan, bahwa bayi tersebut akan terlahir tinggal beberapa hari lagi. Setelah itu, suaranya akan memecahkan keheningan yang ada. Wajahnya akan manyinari kegelapan yang menyelimuti alam tanda-tanda kelahirannya telah nyata. Kegembiraan telah menyelimuti yang ada.
Para pendeta setiap malam menunggu tibanya kelahiran tersebut. Mereka setiap malam melihat kebintang-bintang dilangit. Mereka juga bertanya kepada para kafilah Arab yang dating ke Syam mengenai bayi-bayi yang baru lahir didaerahnya. Penantian tidak berlangsung lama. Detik-detik pemisah dalam sejarah manusia telah tiba. Bayi yang dinanti telah lahir. Namun siapakah dia? Dimana dia dilahirkan?
*****
Dijazirah Arab, Makkah merupakan Ummul Qura (ibu kota). Ia menjadi tempat yang dituju oleh orang-orang Arab untuk mengunjungi Baitullah, yaitu Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Disamping itu orang-orang Qurays juga mendiami tempat itu.
Ia merupakan salah satu kabilah yang paling besar di Arab. Kabilah inilah yang bertugas memelihara Ka’bah, memberikan minum dan pertolongan kepada orang-orang yang berhaji. Dengan demikian, mereka berhak mendapatkan penghargaan dari semua orang Arab. Di seputar Ka’bah terdapat patung- patung dan berhala kaum Arab. Patung dan berhala itu dipahat dari batu dan kayu, kemudian mereka menyembahnya selain Allah. Al-Lata, Al-Uzza, Manat, Hubal, Isaaf, Na’ilah dan sejumlah patung lainnya mereka tempatkan di sekitar Makkah. Mereka sujud kepadanya dan berkeliling diseputarnya. Mereka kafir kepada Allah dan syirik kepada-Nya.
Disemenanjung Arab terjadi peperangan antar kabilah yang disebabkan permasalahan sepele. Perang besar bias terjadi hanya karena ada kuda yang kalah pacuan, atau karena seorang menginginkan tanah atau air orang lain. Tidak ada peperangan yang cepat selesai. Bahkan ada yang berlangsung bertahun-tahun, seperti perang Basus, Dahis, dan Ghabra’.
Orang-orang yang datang ke Makkah sering mendengar suara bayi-bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup oleh ayahnya, karena khawatir mendapat celaan. Dikeheningan malam, orang-orang Arab mengambil khamar dan meminumnya. Ini diantara kebiasaan buruk mereka.
Walaupun memiliki berbagai perangai tercela seperti ini, namun orang-orang Arab juga mempunyai sifat-sifat yang mulia, seperti dermawan dan pemurah. Mereka mengetahui bagaimana cara menunaikan hak dan kewajiban terhadap para tamu. Apabila berjanji, mereka selalu menepatinya, walaupun harus mengorbankan harta dan nyawanya
Mata pencaharian mereka didapati lewat berdagang dan menggembala. Sebagian mereka menggembalakan kambingnya dibukit-bukit yang ada disekitar Makkah. Mereka minum susu kambingnya serta membuat selimut dan pakaian dari bulunya. Orang-orang kaya diantara mereka keluar berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. Inilah yang diceritakan oleh Allah dalam Al- Qur’an, sebagaimana Firman-Nya:
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
Artinya: “karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”.
*****
Dikalangan Bani Hasyim yang merupakan salah satu Kabilah paling besar di suku Quraisy, terdapat Abdul Muththalib yang menjadi pemimpin suku, dia hidup bersama sepuluh anaknya. Abdul Muththalib kembali pada mimpinya, dimana ada seorang yang menyuruhnya menggali kembali sumur Zam-zam setelah lama tertimbun tanah.
Setelah selesai menggalinya, orang-orang Quraisy ingin merebut sumur tersebut darinya karena merasa sama-sama memiliki. Beliau bernazar seandainya Allah mengaruniakan sepuluh orang anak, niscaya dia akan menyembelih pintu Ka’bah salah satu darinya.
Berikut ini kesepuluh putra Abdul Muththalib yaitu Al-Harits, Az-Zubair, Hajal, Dhirar, Al-Muqawwim, Abu Lahab, Al-Abbas, Hamzah, Abu Thalib dan Abdullah. Sekarang dia harus menunaikan nazarnya dengan menyembelih salah satu dari mereka. Dia merasa berat karena akan berpisah dengan salah satu putranya. Namun sebuah janji harus ditepati dan direalisasikan. Abdul Muththalib tidak berfikir panjang, is menulis nama semua anaknya disetiap busur panah untuk mengundi salah seorang diantara mereka. Setelah itu dia pergi membawanya ke Hubal.
Hubal adalah salah satu patung yang dijadikan hakim untuk memutuskan perkara. Undian jatuh pada putra bungsunya Abdullah, padahal ia putra yang paling dicintainya. Apa yang harus dia lakukan? Apakah ia akan menaati perintah tuhannya atau menyelisi janjinya?
Abdul Muththalib sempat bingung, namun segera memutuskan untuk menyembelih anak tercintanya. Dia mulai mengasah pisaunya dan hamper menyembelih putranya, namun orang-orang Quraisy mendatanginya dan melarangnya unruk menyembelih putra bungsunya Abdullah. Mereka khawatir hal ini akan dijadikan teradisi oleh orang Arab setelahnya, dengan menyembelih putra-putranya. Mereka menganjurkan kepada Abdul Muththalib pergi ke salah seorang dukun daerah Hijaz, untuk membicarakan masalah ini. Setelah sampai disana, dia disuruh mengulangi undian sekali lagi.
Namun kali ini, yang ditulis di busur panah adalah sepuluh ekor unta dan dibusur yang lain nama putranya Abdullah. Hal ini diulang-ulang sampai yang keluar dalam undian nantinya adalah unta. Dengan demikian Abdul Muththalaib dapat menyelamatkan putranya melalui taktik yang cerdas ini. Dia terus melakukan undian antara putranya Abdullah dengan Unta, sehingga berakhir dengan pilihan menyembelih seratus ekor unta dan Abdullah bisa selamat dari penyembelihan. Pertolongan Allah telah menyelamatkan Abdullah dari penyembelihan dan dipersiapkan untuk mengemban misi yang lebih sulit dan lebih berat.
*****
Takdir yang menggembirakan telah mempersiapkan tugas penting bagi Abdullah bin Abdul Muththalib. Seandainya Ia mengetahuinya, niscaya akan mati kegirangan. Berita mengenai keselamatan Abdullah dari penyembelihan telah tersiar di Makkah dan seluruh kampung yang berada disekitarnya.
Kisah ini mengembalikan kenangan dalam ingatan mengenai penyembelihan buyut bangsa Arab yaitu Ismail, yang telah diganti oleh Allah dengan sembelihan yang besar, sehingga beliau selamat dari penyembelihan. Cerita Abdullah menjadi buah bibir semua orang diseetiap rumah. Dalam suasana gembira ini, Abdullah dipanggil oleh seorang wanita dan diajak untuk menikah, dengan syarat dia memberinya seratus onta yang menjadi tebusan orang tuanya dari penyembelihannya. Namun Abdullah tidak memperdulikannya.
Abdul muththalib mengajak putranya Abdullah menemui kerabatnya di Yatsrib untuk menikahkannya dengan seorang wanita dari Bani Zuhrah. Mereka adalah orang-orang yang dikenal dengan kemuliaan dan kewibawaan. Abdul Muththalib belum pernah menemui wanita Quraisy yang lebih baik dari Aminah Binti Wahb Bin Abdul Manaf.
Resmilah Aminah menjadi istri Abdullah dan orang-orang Quraisy dapat menyaksikan pasangan pengantin yang telah lama mereka nantikan. Kegembiraan atas selamatnya Abdullah dari penyembelihan bercampur dengan kebahagiaan pernikahannyadengan Aminah. Oh! Alangkah bahagianya tiada terkira.
Ketika kedua mempelai telah kembali ke Makkah, Abdullah pergi menjumpai wanita yang pernah mengajaknya untuk menikah. Wanita itu berkata kepadanya, “ Anda pasti telah menikah? Abdullah menjawab, “ Ya bagaimana anda mengetahuinya? Ia berkata: sebelumnya di wajahmu ada cahaya namun sekarang ia telah hilang darimu. Aku mengetahi pasti anda telah menikah.” Abdullah tidak memahami ucapannya. Dia kembali ke Aminah untuk mendapatkan berita gembira bahwa ia telah memasuki bulan awal dari kehamilannya. Ia telah merasakan apa yang telah dirasakan oleh para wanita hamil lainnya.
Abdullah merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dia telah selamat dari penyembelihan kemudian dia menikah. Kemudian sekarang dia mendapatkan kabar gembira mengenai kelahiran putranya yang akan segera tiba. Dia yakin bahwa dia telah dapat merealisasikan segala yang diinginkan. Takdir tidak menyia-nyiakannya. Dia telah membayar harga semua peristiwa yang membahagiakan ini.
Disaat kembali dari perdagangannya, dia terjatuh dan meninggal dalam usia yang masih muda. Pandangan kegembiraannya belum sempat melihat putra pertamanya. Semua penduduk Makkah berduka dengan kematian Abdullah.
Air mata Aminah jatuh bercucuran. Dia belum begitu lama merasakan hidup bahagia bersama suaminya. Keringat yang menempel di gaun penganti belum kering. Namun kematian Abdullah benar-benar merubah kebahagiaan menjadi kesedihan. Mempelai wanita begitu cepat menjadi seorang janda. Ia telah ditinggalkan oleh suami tercinta. Namun dia meninggalkan kenangan indah yang tidak akan pernah dilupakannya. Kenangan itu adalah berupa janin yang terus bergerak didalam kandungannya. Sedikit tidak ini mengurangi perihnya perpisahan dan menjadikan beliau segera meninggalakan kesedihan.
*****
Suatu hari, kota Makkah menjadi gempar. Orang-orang keluar untuk melihat peristiwa apa yang terjadi. Ternyata Abrahah Al-Habasyi seorang panglima Habasyah ingin menghancurkan Ka’bah. Dia telah membangun sebuah rumah untuk menarik 0rang-orang berhaji kepadanya sebagai pengganti Ka’bah. Ia memberinya nama Al-Qulays. Namun orang-orang Arab mengencinginya sebagai pengganti dari tawaf disekelilingnya. Abrahah bersumpah akan menghancurkan Baitullah Ka’bah tempat berhajinya semua orang Arab.
Abrahah datang dengan membawa tentara yang tangguh. Mereka membawa seekor gajah yang sangat besar untuk menghancurkan Ka’bah. Ditengah perjalanan ada kambing Abdul Muththalib yang sedang digembalakan. Tentara abrahah mengambilnya dan Abdul Muththalib keluar menemui Abrahah untuk meminta kembali kambingnya.
Abrahah berkata, “ Aku menyangka kamu datang kepadaku untuk meminta agar tidak menghancurkan Ka’bah. Namun ternyata kamu datang sekedar meminta kambingmu.” Abdul Muththalib menjawab, “Aku adalah pemilik onta, itulah sebabnya aku datang untuk menjaganya. Sementara rumah itu (Ka’bah) ada pemiliknya yang akan menjaganya.”
Orang-orang Quraisy keluar untuk melihat apa yang akan diperbuat oleh Abrahah. Mereka tidak mampu untuk melawannya. Gajah besar itu berhenti dan tidak mau bergerak. Abrahah menyuruh pasukannya untuk memukulnya, namun ia tetap tidak mau bergerak. Semakin kuat mereka memukulnya, maka semakin kuat ia diam dan berdiri.
Tiba-tiba, tanpa dikomandoi burung-burung kecil memenuhi langit. Di mulutnya membawa batu-batu kecil. Setiap kali dilemp arkan ketentara Abrahah, maka langsung mereka terbunuh. Dalam beberapa detik, para tentara tersebut menjadi bangkai-bangkai yang di makan burung, Allah swt berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Artinya: “ Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka ( untuk menghancurkan Ka’bah ) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS: Al-Fiil:1-5)
Abdul Muththalib sangat gembira, demikian juga orang-orang Quraisy. Pemilik Ka’bah telah memelihara Ka’bah-Nya. Dia telah menyelamatkannya dari kejahatan Abrahah dan bala tentaranya. Tahun ini kemudian dinamakan ‘amul fiil ( Tahun Gajah ). Abdul muththalib segera kembali kerumahnya, untuk mengetahui keadaan Aminah yang semakin dekat waktu persalinannya.
Bintang-bintang memenuhi langit yang cerah. Pada mala mini semua penduduk bumu memandang ke langit dan mendapatkannya telah berhias. Ia seolah-olah seorang mempelai perempuan yang sedang menunggu pasangannya. Sang bulan telah mengenakan gaunnya yang paling indah. Dengan cahayanya yang terang ia menyinari langit.
Angina sepoi-sepoi basah bertiup kesegala penjuru menyebarkan aromanya yang harum, seakan-akan berasal dari surge. Setiap orang mendapatkan dirinya sangat bahagia dimalam tersebut. Tidak tau, entah mengapa?
Di negeri Persia terdapat orang-orang yang menyembah api, mendapatkan apinya tiba-tiba padam. Jendela-jendela istana raja Kaisar Anusyirwan tiba-tiba terjatuh. Orang-orang yang ada didalamnya semua berhamburan keluar istana. Patung Saawah yang sangat mereka agungkan menjadi hancur. Kaisar melihat istana didepannya begoncang dan akhirnya terbelah. Dia dan orang-orang yang bersamanya merasa ketakutan dan berlari menjauh.
Para pendeta keluar dan memastikan tibanya kelahiran seorang utusan yang baru. Dia adalah Muhammad atau Ahmad, nabi akhir zaman yang diberitakan oleh Nabi Allah Musa as dalam Taurat. Demikian juga yang diceritakan kepada mereka oleh Al-Masih Isa as. Mereka benar-benar telah mendapatkan sifat-sifat beliau dalam kitab Taurat dan Injil. Mereka juga mengetahui tanda-tanda kelahirannya, sehingga semuanya berteriak “ Hari ini dilahirkannya Ahmad, hari ini dilahirkannya Muhammad”.
Di Ummul Qura (Makkah), Abdul Muththalib menceritakan kepada orang-orang bahwa dia bermimpi melihat cahaya yang keluar dari pundaknya dan menyinari dunia. Dia juga pernah diceritakan oleh Aminah bahwa dia juga bermimpi melihat cahaya yang keluar darinya dan bisa menyinari istana Syam.
Aminah memandang ke sekelilingnya dan melihat seakan-akan disampingnya ada bintang yang jatuh dari langit. Saat itu semuanya diliputi oleh cahaya namun tidak sembarang cahaya. Ia adalah cahaya yang tidak mengganggu mata, bahkan menyenangkan dan membahagiakan. Semua mata berharap cahaya tersebut tetap ada.
Abdul Muththalib sedang duduk disisi Ka’bah. Ketika diberitahu kelahiran cucunya yang menjadi pengganti anaknya, dia segera berdiri dan berkata “ Muhammad, aku akan memberinya nama Muhammad, agar penduduk langit dan dunia memujinya.
Kebahagiaan telah menyelimuti rumah Abdul Muththalib setelah sebelumnya diselimuti kesedihan dengan perginya putra tercintanya Abdullah. Kesedihan telah berlalu dan berganti dengan kebahagiaan. Berbagai makanan dihidangkan karena kebahagiaan yang sangat besar. Muhammad bin Abdullah adalah Ibnu Adz-dzabihain ( putra dua orang yang disembelih ), yaitu Isma’il yang menjadi buyutnya dan Abdullah yang menjadi ayahnya. Dunia semuanya bersiap-siap untuk menerima kedatangan cahaya sang putra dua orang yang disembelih.
****
Pelajaran yang diambil:
1. Menepati janji adalah salah satu sifat yang terpuji.
2. Ka’bah adalah Baitullah yang diharamkan.
3. Allah menjaga rumah-Nya dari segala keburukan.
4. Nasab Rasulullah adalan nasab yang sangat mulia.
5. Muhammad adalah Ibnu Adz-dzabihain ( putra dua orang yang disembelih), yaitu Isma’il yang menjadi buyutnya dan Abdullah yang menjadi ayahnya.
Oleh Jumat, April 19, 2013 |
0
komentar
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar